
pexels.com
Sampah medis jadi tantangan bagi layanan kesehatan karena butuh cara penanganan dan lokasi penyimpanan yang khusus. Secara umum, limbah berarti sisa yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Pada bagian ini, akan dijelaskan lebih jauh tentang jenis dan cara penanganan limbah medis.

Macam-Macam Limbah Medis
Di bidang medis, limbah biasanya muncul dari cairan darah bekas rendaman, sarung tangan pakai buang, kasa yang sudah dipakai, botol infus kosong, potongan jaringan tubuh, sampai sampah yang berasal dari area perawatan dan sejenisnya.
Benda Tajam
Limbah medis jenis ini mencakup benda apa saja yang bisa menyebabkan luka atau menusuk permukaan kulit. Contohnya seperti jarum suntik, silet operasi, serpihan kaca, ampul, klip logam, kabel, dan sejenisnya.
Radioaktif
Ini adalah sisa cairan radioterapi yang tidak terpakai di lab, bisa berupa botol bekas atau perlengkapan lain yang sudah terkena zat radioaktif.
Obat
Jenis limbah medis lainnya berasal dari obat-obatan, antibiotik, maupun vaksin yang sudah lewat masa pakainya atau nggak dipakai lagi.
Sisa Bahan Kimia
Limbah ini mengandung zat kimia yang umumnya digunakan di laboratorium, mulai dari cairan seperti desinfektan dan pelarut, sampai benda padat seperti logam serta perlengkapan medis, termasuk termometer yang sudah rusak.
Genotoksik
Jenis limbah yang satu ini tergolong beresiko tinggi karena bersifat karsinogenik, bisa menyebabkan cacat lahir, serta memicu mutasi gen.
Sampah yang Menular
Ini adalah jenis sampah dalam berbagai bentuk yang mengandung zat menular dan bisa menyebabkan penyebaran penyakit. Dalam kelompok ini termasuk limbah seperti tisu bekas, perban, feses, alat medis, hingga kultur dari laboratorium.
Cara Penanganan Limbah Medis
Limbah yang biasanya berasal dari fasilitas kesehatan dan tidak mengandung zat berbahaya atau menularkan penyakit, boleh dicampur dengan sampah rumah tangga sebelum dibuang. Barang yang ujungnya runcing, sebaiknya disimpan dalam tempat kuat anti bocor dari bahan plastik atau logam.
Sampah yang tergolong infeksius biasanya punya simbol khusus sebagai penanda kandungan zat berbahaya. Sementara limbah yang sangat mudah menularkan penyakit, idealnya diproses dengan autoklaf agar benar-benar steril.
Limbah hasil riset kesehatan di lab yang termasuk kategori sitotoksik sebaiknya ditampung di tempat tertutup rapat dan diberi tanda khusus agar mudah dikenali. Sisa buangan yang memiliki kandungan zat kimia tergolong sebagai limbah farmasi dan umumnya diklasifikasikan sebagai infeksius. Sedangkan kalau menemukan obat yang sudah kadaluarsa, sebaiknya dikembalikan ke apotek untuk ditangani dengan benar.
Setelah itu, limbah kimia dalam volume besar perlu dimasukkan ke dalam wadah tahan zat berbahaya, lalu dikirim ke fasilitas khusus untuk penanganan bahan sejenis. Begitu juga dengan sampah yang mengandung logam berat seperti merkuri dan kadmium, proses pengolahannya dilakukan secara terpisah.
Cara Penanganan Menurut Kemenkes
Selain cara penanganan limbah medis secara umum seperti yang disebutkan tadi, pemerintah juga sudah menetapkan aturan pengelolaan limbah medis lewat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/2004 tentang syarat lingkungan rumah sakit.
Pertama, soal penanganan sampah padat. Setiap fasilitas kesehatan perlu menerapkan upaya pengurangan dari titik awal. Selain itu, penting juga memperketat pemantauan saat memakai bahan berbahaya di perlengkapan medis. Setiap tahap mulai dari pengumpulan, pengangkutan, sampai pemusnahan harus punya sertifikat resmi dari lembaga yang berwenang.
Kedua, soal pengelolaan air limbah. Perlu diingat, setiap rumah sakit wajib punya sistem IPAL sendiri yang dioperasikan secara independen. Limbah cair dari aktivitas medis juga harus dikumpulkan dalam wadah khusus, lalu dipilah sesuai jenisnya. Apakah mengandung zat kimia, unsur radioaktif, atau berdasarkan jumlah serta cara penanganan dan penyimpanannya.
Jadi, itulah ulasan seputar cara penanganan limbah medis yang sudah kamu pelajari. Semoga bisa menambah wawasan dan jadi info yang berguna. Urusan limbah medis jadi tanggung jawab besar bagi fasilitas kesehatan, supaya pengelolaannya berjalan baik, dibutuhkan kesadaran serta dukungan dari semua pihak.